Pertanyaan Penting Untuk Mngenal Diri Sendiri
Kenapa kita harus mengenal diri kita? Dengan mengenal diri, kita akan sadar diri dan senantiasa berada di jalan Allah serta tidak akan mendhalimi diri sendiri.
Banyak sekali orang yang menganiaya dirinya, dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, mabuk- mabukan, berduaan dengan seorang yang bukan mahromnya sampai-sampai melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama yang akhirnya membuat keluarganya di rumah ikut- ikutan menderita.
Pembaca yang budiman, ada berapa langkah sederhana untuk mengenal jati diri kita di antaranya merenungkan tiga pertanyaan ini:
Baca juga : Cara Mengenal Diri Untuk Mengenal Tuhan Kita
Dari Mana Kita Berasal
Pertanyaan Penting Untuk Mngenal Diri Sendiri |
Apakah kita ada dengan sendirinya?
Pertanyaan ini sangat membantu kita untuk mengenal diri kita. Mungkinkah kita yang sesempurna ini ada dengan sendirinya?
Mungkinkah kita yang memiliki kemampuan yang sangat luar biasa ini muncul tanpa ada yang menciptakan? Tentu jawabannya tidak mungkin.
Logika sederhananya begini, mungkin sekarang selain memegang buku ini, anda sedang memegang handphone yang mungkin juga anda putar musik untuk menemanimu membaca.
Atau, sebelum anda membaca buku ini, beberapa menit yang lalu sibuk membalas chat dari teman, pacar, serta keluarga yang anda sayang? Coba anda perhatikan handphone itu.
Sudah anda perhatikan? Jika sudah, coba jawab pertanyaan saya. Apakah handphone itu ada dengan sendirinya? Tentu anda akan menjawab “tidak” begitupun dengan diri ini, tidak mungkin kita ada di dunia ini tanpa ada yang menciptakan. Lantas siapakah yang menciptakan kita?
Yang menciptakan kita tentu Dia yang Maha Ada dan Mutlak adanya, karena tidak mungkin ada mahluk yang lain tanpa diciptakanNya.
Dia yang memiliki kemampuan paling sempurna. Dia adalah satu-satunya dan tidak akan pernah ada yang mampu menandingiNya, maka dari itu tentu yang menciptakan alam serta isinya akan berbeda dengan ciptaanNya. Dialah Allah yang menciptakan dan yang mengatur kehidupan ini.
Baca juga: Cara mengenali Perbedaan Seorang Pemenang dan Pecundang, anda yang mana?
Dari Apa Kita Diciptakan?
Setiap manusia pada awalnya diciptakan dari tanah (Nabi Adam). Lalu diciptakan dari setetes sperma yang sangat menjijikkan, mungkin akan membuat orang muak jika melihatnya.
Jika kita ingat dari mana sebenarnya kita diciptakan, maka tidak mungkin dalam kamus kehidupan kita merasa sombong, angkuh dan merasa jika dirinya orang paling sempurna di muka bumi ini.
Jika kita melihat di sekeliling kita atau bahkan diri kita sendiri begitu sering menyombongkan diri ini, kita lupa kepada Sang Pencipta. Mentang-mentang kita cantik atau tampan kita menghina orang yang secara fisik tidak seberuntung kita.
Apakah mereka diciptakan oleh Allah untuk dihina? Apakah iya, diri kita lebih sempurna di mata Allah dibanding mereka? Renungkanlah ini saudaraku “kita diciptakan dari setetes air yang hina, apakah kita pantas menyombongkan diri kita?”
Sudah selayaknya kita sebagai hamba Allah SWT selalu tawadu’ (rendah hati). Karena dengan rendah hati kita akan mendapat penghargaan yang paling mulia dari Allah dan sesama manusia.
Ada kisah menarik terkait hal ini. Suatu ketika saya bertemu dengan kedua teman saya. pertama, orangnya pintar karena rajin membaca tapi dia sangat hobi membanggakan dirinya, kadang iya juga sering menyalahkan dan menghina orang yang secara kemampuan di bawahnya.
Kedua, ia tidak terlalu pintar tetapi ia orangnya rendah hati dan selalu mau belajar dari siapapun. Alhasil orang yang pertama dijauhi oleh orang lain dan orang yang kedua sangat disenangi dan disegani oleh orang di sekelilingnya.
Dari kisah ini dapat kita simpulkan, jika kita sadar siapa diri kita? Dari mana kita? Maka sudah pasti kita tidak akan terjerumus ke dalam jurang kehancuran.
Baca juga: Setiap Diri Adalah Seorang Pemimpin
Bagaimana Kita Diciptakan?
Berdasarkan fakta ilmiah kita dilahirkan melalui kompetisi yang sangatketat. Di mana ada sekitar 25 juta sel seperma yang juga ingin hidup dan menjadi manusia.
Dalam perlombaan tersebut satu persatu sel seperma itu mati dan tidak mampu melanjutkan pertandingannya, hingga pada akhirnya satu sel sperma terbaik yang mampu bertahan hidup dan dialah sang pemenang dari ketatnya kompetisi tersebut. Siapakah pemenang itu? Jawabannya adalah diri anda.
Jika anda adalah seorang pemenang, pantaskah anda berdiam diri tak melakukan perubahan? Anda merasa diri anda adalah orang yang lemah dan tak mampu berbuat apa-apa di dunia ini?
Jika pada hakikatnya kita adalah seorang pemenang, lantas pantaskah kita merasa minder ketika bertemu dengan orang lain, yang mungkin engkau lihat dia adalah orang yang luar biasa di dunia ini?
Bukankah kita sama, sama-sama dilahirkan sebagai pemenang. Lantas kenapa diri anda tidak seperti orang-orang yang sukses di luar sana?
Yang menyebabkan diri anda menjadi pecundang adalah diri anda sendiri. Anda malu ketika akan menunjukkan bakat anda, yang mana mungkin pada saat itu adalah momentum anda untuk meraih sukses.
Anda pesimis dengan kemampuan anda karena melihat orang lain yang lebih hebat dari pada anda. Jika ada tugas, mungkin anda masih sibuk mengulur waktu sedangkan orang lain sibuk mengerjakan dengan penuh semangat.
Pembaca, dunia ini adalah tantangan dan kompetisi yang sesungguhnya, jika anda diam di saat yang lain berkarya maka anda akan tertinggal,
Jika anda duduk santai sedangkan yang lain sedang diskusi untuk kemajuan masa depannya maka anda akan kalah dan jika anda malas-malasan sedangkan yang lain sedang bekerja dengan baik maka anda akan mengalami penderitaan, Berkaryalah! Karena kita adalah pemenang bukan pecundang.
Untuk Apa Kita Ada di Dunia Ini?
Mengingat kembali maksud dari penciptaan kita adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itu, kita berada di dunia ini tidaklah hanya sekedar ada. Ibadah yang dimaksud di sini bukanlah hanya ibadah mahdoh seperti shalat dan puasa saja.
Melainkan ibadah dalam aktivitas keseharian kita seperti menyapa sesama dengan santun dan ramah, menolong orang di saat kesusahan serta melakukan aktivitas lainnya. Apapun yang kita lakukan, selama tidak melanggar Syariah dan itu diniatkan karena Allah SWT maka kegiatan yang kita jalankan memiliki nilai ibadah.
Dalam perjalanan hidup kita, tidaklah mungkin berjalan dengan baik-baik saja tanpa sebuah ujian. Karena dunia ini adalah tempat ujian yang harus kita lewati dengan sebaik-baiknya. Di saat kita kaya, kita diuji lewat kekayaan kita, di saat kita miskin, kita diuji oleh Allah SWT lewat kemiskinan kita.
Dan barang siapa yang kuat, menjalani ujian dengan penuh kesabaran maka Allah akan mengangkat derajatnya. Seperti anak sekolah yang baru selesai ujian, dia akan naik kelas, dari kelas awal menuju kelas yang lebih tinggi. Sebagaimana firmaNya:
“(Dialah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk, 67:2).
Cara terbaik dalam menghadapi ujian adalah dengan bersabar dan semakin mendekatkan diri kita kepada penguji kita.
Mengingat hidup adalah sebuah ujian maka sudah selayaknya kita menjalaninya dengan penuh percaya diri serta mempersiapkannya dengan memperdalam pengetahuan tentang kehidupan.
Jika kita betul-betul ingin lulus ujian syaratnya cukup sederhana, lakukan ikhtiar yang terbaik lalu lengkapi dengan doa dan hasilnya tawakkalkan kepada Allah SWT.
Namun apa yang sudah kita lakukan, sudahkah kita menjalani hidup ini dengan baik?
Ke Mana Kita Akan Kembali?
Sudah menjadi rumus kehidupan di mana ada awal di situ ada akhir, begitupun diri kita, awalnya kita diciptakan oleh Allah lewat perantara kedua orang tua kita, setelah itu kita tinggal menunggu akhir dari keberadaan kita di dunia ini (mati).
Setiap sesuatu akan kembali pada asalnya kita berwal dari ketiadaan maka kitapun akan tiada. Untuk persoalan kapan dan di mana itu merupakan rahasia Allah. Kita hanya bisa berupaya sebaik mungkin selama ada di dunia ini, agar kita mendapatkan kehidupan yang layak setelah kematian.
Apa yang terjadi setelah kematian?
Ketika nafas yang berada dalam diri kita mulai dicabut oleh Allah, di saat nadi kita tidak mampu berdetak lagi, maka kita akan dikumpulkan di sebuah tempat lalu ditanya dalam sebuah persidangan yang paling adil tepatnya di forum pertanggung jawaban perbuatan manusia.
Di sinilah semua perbuatan kita baik kecil maupun besar akan diadili seadil adilnya. Sebagaimana firman Allah: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah sekalipun, niscaya Dia akan melihatnya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, maka dia akan melihat(membalas)nya. (Q.S. Al- Zalzalah. 99:8).
Hidup setelah kematian tergantung bagaimana kita hidup di dunia ini. Jika selama kita hidup di dunia ini baik, maka Insya Allah kita akan mendapatkan kebaikan.
jika kita menjalani kehidupan dengan penuh kejahatan maka kejahatan pulalah yang akan kita dapatkan. Silahkan anda pilih mau berakhir baik atau buruk?
Setelah kita mati, bagaimanakah dunia mengingat kita?
Banyak sekali di sekeliling kita orang yang baru meninggal, hanya bertahan satu, dua tiga hari sudah dilupakan oleh orang lain.
Ada pula orang yang sudah sangat lama meninggal tetapi masih dirindukan oleh orang banyak. Biasanya tipe kedua ini adalah orang yang selama hidupnya selalu memberikan konstribusi besar bagi sejarah kehidupan.
Lewat semangat juang serta karya-karyanya yang mampu memberikan perubahan besar terhadap kehidupan sesudahnya. Siapa yang tidak
kenal dengan baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan sosok yang hingga sekarang selalu dirindukan oleh para umatnya.
Jika anda ingin keberadaan anda bisa dikenal oleh orang-orang setelah anda maka mulai saat ini jadilah magnet perubahan atau mulai detik ini buatlah karya-karya besar karena hidup tanpa karya ibarat ‘angin lewat’ yang akan dilupakan.
Gabung dalam percakapan